Selasa, 11 Desember 2012

Manusia Maha Cermin

Suatu ketika di sebuah taman yang hijau, sejuk, penuh dengan bunga yang sangat indah. Perlahan suara gemericik air dari pancoran kecil itu mengiringiku masuk kedalam dimensi maya.


Terdengar lirih suara kakek tua berkata " Sadarlah anakku, kau adalah utusanku untuk menyadarkan mereka, janganlah kau terhanyut dalam arus besar sungai siluman disana. Bangkitlah segera anakku, kau telah jauh terhanyut, kau telah banyak menelan air sungai itu. Kini duduklah kembali dalam Singgasana Mahaprasta yang kuberikan padamu sebagai sarana semadi. Tugasmu belum usai anakku, hingga kini masih tersisa 3 tugas yang belum kau jalankan. Cepatlah bangkit dan lanjutkan hal itu, sebelum kereta itu datang menjemputmu. "

" apa yang harus aku lakukan lagi? Aku lelah, aku merasa sangat lelah." Tanyaku
" pengakhir angkara murka akan segera tiba, kuatkanlah sukmamu anakku, dalam waktu dekat bumi nusantara akan menghaturkan upetinya pada beliau. Mereka yang masih saja belum paham dan peka dengan pergerakan ibu pertiwi, akan menjadi bukti. Beberapa sudah aku tuliskan pada sebuah lontar dengan mengutus Jayabhaya untuk menulisnya. Kau adalah samar anakku, kau terlahir bukanlah sebagai manusia suci tanpa cela apapun. Namun kau terlahir sebagai cermin, sehingga mereka yang belum sadar seharusnya mampu bercermin secara halus. Siapapun yang berada didekatmu akan hanya menganggapmu manusia aneh dan bodoh. Namun sejatinya kaulah telah pahami tulisan yang tidak pernah tersurat. Itulah yang membuatmu samar, dan itulah ciri utusanku. Orang lain akan selalu susah untuk menebak sifatmu, dari sekian banyak jelmaan sifat manusia dimuka bumi nusantara ini ada padamu, segala sosok dapat kau tiru, maka gunakanlah itu sebaik - baiknya. Bersabarlah sementara waktu. "

Lalu sekelebat cahaya itu menghilang dalam hitungan kurang dari 1 detik.
Aku tersadar seperti terjatuh dari pohon, begitu aku membuka mata, aku masih diberi kesempatan kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar