Pada suatu sore, terjadi sebuah pertarungan imut antara Dewi Drupadi dengan Dewi Kunthi. Pertarungan ini dipicu lantaran Arjuna kini tidak lagi tegas setegas dahulu, mengakibatkan selisih paham antara kedua sosok wanita yang pernah singgah dihatinya.
Dewi Drupadi bertahan dengan perkataannya bahwa ia - lah yang merupakan cinta pertama dan terakhir Arjuna. Namun, disanggah mentah - mentah oleh Dewi Kunthi. Dewi Kunthi tetap yakin dengan apa yang ia dengar ketika masih berpacaran dengan Arjuna, bahwa ia lah hati yang pertama dan hingga kini Arjuna masih mencintainya.
Arjuna adalah sosok yang tampan, perkasa, bijaksana dan terkenal akan loyalitasnya dalam bersosial oleh warga sekitar. Arjuna kaya akan akal, materi dan cerdas dalam segala ilmu. Karena itulah ia selalu secara tidak langsung menjadi bahan pembicaraan para wanita yang terkagum - kagum melihatnya.
Karena permasalahan itu tidak juga kunjung usai, Pandawa pun turun tangan, ingin memediasi perkelahian kedua belah pihak dengan dasar kekeluargaan. Hingga akhirnya suatu hari kedua belah pihak yang bertikai dan Arjuna dipertemukan dan duduk bersama.
Kali ini Arjuna sebagai objek, dituntut ketegasan dan kebijaksanaannya dalam memilih. Kemenangan di medan perang dengan jam terbang yang tinggi pun seperti dipertaruhkan habis - habisan ketika berperang melawan hati dan perasaan. Arjuna terdiam sesaat, memandang wajah Dewi Drupadi dan Dewi Kunthi. Seketika itu pun juga terkenang semua memori ketika bersama, namun ia sadar bahwa semua itu tidak mungkin dipertahankan, meski ia masih mencintai keduannya. Ia pun mengingat namanya, harga dirinya dihadapan saudara" kandungnya. Sejujurnya ia malu. Namun, inilah perang tersulit, ketika pikiran, perasaan dan masa depan berbeda pendapat. Lebih kejam daripada membunuh dan dibunuh dalam medan perang antar kerajaan.
Bisma membuka pembicaraan dengan memberi kesempatan untuk Arjuna berbicara. Arjuna pun kembali terdiam dan memejamkan mata. Sembari menghela nafas nya ia berusaha memulai pembicaraan langsung pada inti permasalahannya.
Arjuna berkata, " Apalah yang kalian cari? Semua tidak akan berhenti. Berdiri dan lihatlah dunia sekali lagi, apakah hanya aku yang menjadi penentu hidup kalian? Aku bersalah, karena perkataan dan perasaanku tidak lagi sejalan. Aku sempat terlupa, dan aku sempat bersalah. Aku mencintai dan menyayangi kalian berdua, juga bukan berarti aku bisa menjadi tumpuan hidup kalian. Hidupku pun ditentukan olehNya. Jika salah satu dari kalian para Dewi ku berkelahi hanya karena aku, apakah itu berarti hanya aku? Bagaimana jika aku tanpa apa yang aku miliki sekarang? Bagaimana jika aku hanyalah seorang pengangguran yang tidak memiliki apa-apa? Apakah perkelahian ini masih berlaku? Jika kalian suka dan mencintai aku, cobalah untuk memiliki aku apa adanya, bukan karena ada apanya. Karena harta, jabatan, kekuatan adalah hal yang datang dan pergi, itulah yang kalian takutkan ketika tidak memiliki aku sebagai bagian dari hidup kalian. Jadi, perkelahian kalian ini tidaklah berguna andaikata kalian benar benar mencintai aku dan hanya aku. Karena pasti kalian tidak akan khawatir terhadap aku. "
Mendengar penuturan Arjuna saat itu, kedua Dewi yang cantik ini tercengang sesaat dan meneteskan airmata perlahan. Ternyata secara dasar, mereka memang sangat mengidamkan sosok arjuna dengan apa yang ia miliki. Perasaan mereka mulai tumbuh setelah melihat kilauan aura dan keperkasaan Arjuna dan bukanlah perasaan yang tumbuh sebelum melihat kilauan itu.
Setelah cukup lama saling menuturkan perasaan dengan jujur, hasil dari pembicaraan itu adalah perdamaian. Arjuna merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan kemarin, begitu juga kedua Dewi itu. Dan sementara waktu mereka berdua tersadar.
Bahwa dibalik segala kisah didunia ini, belum tentu kekayaan duniawi menjadi penentu hidup seutuhnya dan abadi, melainkan ia hanyalah pelengkap atau sarana pendukung agar kita dapat beraktifitas sewajarnya apa yang harus kita lakukan sewajarnya didunia ini.
Datang kedunia, menuntut ilmu, bersosial, bekerja, menikah, memiliki keturunan, dan pergi dari dunia ini kembali. Disela - sela itulah materi dan jabatan keduniawian berperan sebagai pendukung, dan hanya pendukung. Materi dan penghargaan adalah pendukung, kejujuran adalah kunci level kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar