Seperti kisah sebelumnya, Arjuna dan Shinta adalah pasangan spiritual yang sangat serasi. Kini pada suatu malam ketika hendak tidur, Shinta berkata, " Kang mas, aku takut jikalau suatu saat nanti aku tidak bisa setia lagi kepadamu. Karena terkadang meskipun sedang berdua dengan kang mas, aku masih sering memikirkan cowo" yang dulu pernah ada dalam hidupku ketika aku belum bersamamu. Aku takut itu akan berdampak kurang baik dalam hubungan kita." Arjuna terkejut, namun tetap menutupinya dan berkata, " wajar saja hal itu terjadi adinda, karena kau pasti sempat memiliki rasa suka yang belum terpenuhi kepada para pria itu. Atau mungkin kau sedang jenuh padaku? Jangan pernah takut akan hal itu adinda, jikalau nanti pun kau ingin mencicipi para pria itu, aku tetap mendoakanmu agar kau selalu bahagia. Aku menyayangimu tulus Adinda. Akupun pernah merasakan demikian, namun aku tidak pernah takut, karena aku yakin tentang perasaanku yang memilih adinda sebagai pendampingku, maka aku hukumnya adalah harus setia padamu adinda."" Kang mas, aku bahagia menjadi pendamping Kang Mas, kang mas memang orang yang paling setia, kang mas bisa mengayomiku, memenuhi kebutuhanku, memperlakukanku seperti Ratu bahkan lama-lama aku menemukan sosok orangtuaku ada pada diri Kang mas. Kang mas selalu melakukan segala cara untuk membahagiakanku. Kang Mas selalu sabar menghadapi aku yang masih angin-anginan ini. Entah dimana lagi aku akan menemukan seperti mu Kang mas. Mungkin hanya ada 1 alam ini." Sahut Shinta. Arjuna hanya tersenyum dan memeluk Shinta dengan penuh kasih sayang.
Hingga malam semakin larut, Shinta telah tidur. Namun Arjuna masih berpikir tentang pernyataan Shinta tadi. Arjuna berpikir apakah Shinta pernah memikirkan perasaanku? Apakah dia menghargaiku? Seharusnya ia tidak mengatakan hal itu sekalipun jujur.
"Seharusnya bisa mengendalikan dirinya sendiri ketika ia memikirkan para pria dari masa lalunya itu, seharusnya itu tidak terjadi, seharusnya dia tau harus bersikap bagaimana ketika bersamaku. Karena jika dia mau belajar keras untuk menghargaiku, berarti ia benar-benar niat untuk menjadi pendampingku. Dia tau apa yang aku suka dan tidak suka, tapi dia tetap saja menerobos itu dengan tanpa merasa bersalah dan berusaha memperbaikinya." Gumam Arjuna dalam hati.
Tiba-tiba tercium bau yang sangat harum dikamarnya, lalu muncul cahaya yang sangat terang. Terdengar suara yang berat datang dari dalam sinar itu. Suara itu tidak asing lagi bagi Arjuna. Arjuna pun langsung bersujud dan berkata, " hamba mohon ampun Ki Semar, apakah itu engkau?" Dari dalam cahaya itu menjawab, " heuheuheu, weleh .... Kamu masih belum bisa mengenalku dengan cepat ternyata, masih saja seperti itu.... Iya ini aku." " mohon ampun Ki Semar, apa yang membuat Ki Semar datang tengah malam seperti ini? Apakah akan ada tanda bahaya di Astinapura?" Tanya Arjuna. " hee Arjuna, aku datang kemari ingin memberi pesan padamu, Shinta kini berbeda, karena kau memperlakukannya seperti itu, ia jadi merasa selalu benar dan jarang bersyukur. Ia selalu merasa kurang dalam hidupnya. Ia tidak pernah pahami pelajaran yang kau beri tentang kesabaran, rasa syukur, rasa sayang yang tulus dan juga sikap-sikap yang kau tunjukkan untuk dicontoh. Kau seharusnya mendidik dia untuk menjadi dewasa. Dia pun juga seharusnya bersyukur mendapatkanmu dan seharusnya apapun yang terjadi dalam hidupnya, ia harus tetap memprioritaskan kamu, karena kamu telah berjuang habis-habisan untuk membahagiakannya. Jika nanti suatu ketika ia berpisah darimu, aku akan memberinya ujian agar ia bisa merasakan hikmah apa yang patut ia syukuri dalam hidup ini. Aku melihatmu selama ini, aku juga melihat perilaku dan jalan pikiran Shinta yang semakin lama mulai berubah. Apa yang kau ajarkan diawal saat pertama kau bertemu, tidak lagi dapat ia terapkan dengan konstan ketika bersamamu. Kini keadaanmu telah berbeda, kau tidak lagi memiliki harta seperti dulu, kau tidak lagi memiliki jabatan setelah menelan pil pahit saat itu. Siapa yang seharusnya menyembuhkan lukamu? Itu lah tugas pendamping hidup seharusnya. Bukan lebih mementingkan kebutuhannya semata. Dan itu yang terjadi pada hubunganmu kali ini. Kau tidak lagi seimbang dan saling mengisi, kau telah tertutup kabut hitam Arjuna. Wibawamu sebagai ksatria tidak lagi terlihat. Mengapa aku memilih untuk bertemu denganmu malam ini? Karena kau pandai melihat dan mengatur karmamu Arjuna, kau sadar akan kesalahanmu dulu, kini kau menyakiti diri dan hidupmu sendiri agar tidak terjadi balasan dikemudian hari. Kau sangat cerdas, kau memiliki kemampuan itu dan kau gunakan dengan baik tanpa melupakannya sekalipun kau dalam keadaan yang menyedihkan, tertekan, stress, atau apapun. Kau akan mampu melewati karma yang sengaja kau buat ini dengan baik. Pesanku untukmu Arjuna, Kehidupanmu akan beralih sebentar lagi, seluruh kekuatanmu akan kembali normal, seluruh hidup dan karirmu semakin memuncak, karma yang kau buat sudah cukup untuk menebus kesalahanmu terdahulu, kau melewatinya dengan sabar dan sadar. Jangalah kau ulangi kesalahan yang sama dikemudian hari Arjuna, gunakanlah Pangrasa untuk memilah-milah sesuatu jika kau ingin hidupmu berlanjut dengan baik. Jangan pernah memaksakan sesuatu diluar batas kemampuan mu sendiri, karena hal itu akan sia-sia bahkan membawamu kedalam jurang ketersesatan hidup. Sekarang kau telah menyadarinya, dalam keadaan susah pun kau tetap berdharma terhadap orang lain, tetap menghibur orang-orang yang sedang dalam kesusahan, itu akan menebus kesalahan yang telah kau perbuat. Pasrahkan hubunganmu dengan Shinta padaku, akan aku luruskan kalian ditempat dan waktu yang berbeda dengan ujian karma sesuai dengan apa yang telah kalian jalani. Sekarang beristirahtlah, jangan kau siksa dirimu dengan segala pikiran yang tidak mampu kau jawab saat ini juga. Serahkan padaku."
Mendengar petunjuk dari Ki Semar, Arjuna tercengang dan jantung nya berdebar cukup kencang. Seketika itu pula air mata Arjuna menetes, ia merasa telah gagal menjalani kehidupannya bersama Shinta selama ini.
Sambil menyeka air mata Arjuna menjawab, " Hamba mohon ampun Ki semar, petunjuk dan pesan yang Ki Semar jelaskan pada hamba sudah sangat jelas. Tentang apa yang harus hamba lakukan selanjutnya. Hamba serahkan padamu Ki Semar, karena hanya engkaulah utusan Hyang Gusti Kang Murbeng Dumadi di Astinapura ini. Hamba Sangat berterimakasih padamu, hamba bersyukur mendapat petunjuk dari Ki Semar. Jikalau perpisahan adalah pelajaran untuk pendewasaan pikiran sekaligus ujian karma agar kami dapat berbenah, hamba menyerahkan ini padamu Ki Semar. Sembah sujud hamba Padamu Ki Semar. Sekarang hamba lega, beban pikiran hamba sedikit berkurang. Baiklah Ki Semar, hamba hendak kembali beristirahat. Hamba mohon pamit."
Selepas Arjuna berkata demikian, cahaya itu menghilang dalam sekejap mata. Entah apa yang Arjuna rasakan saat ini. Setidaknya ia dapat beristirahat, setelah sekian lamanya ia terbelenggu oleh beberapa permasalahan.
Sambil kembali memeluk Shinta Arjuna berkata dalam hati, " Adinda, apapun kesalahan yang kau lakukan padaku, aku maafkan dengan ikhlas sekalipun kau tidak pernah memintanya padaku aku akan selalu menyayangimu dimanapun kau berada nantinya. "
" Betapa menyeramkan ketika manusia sedang tertutup belenggu keangkuhan dalam hidupnya, ketika kebenaran selalu miliknya dan tidak pernah mensyukuri kesalahan dengan kata maaf. Secara tidak langsung ia pun menyerupai sifat raksasa dan kala yang sarat akan keangkuhan diri sendiri. Maka siapapun yang berada disisinya akan dijadikan santapan lezat hingga terbunuhlah karakter manusia itu sendiri."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar