Ada suatu masa ketika itu Shinta merasakan rindu yang mendalam terhadap Arjuna. Ketika itu Shinta sedang dipindahkan sementara kerumah orangtuanya karena di AstinaPura sedang terjadi perang dingin antar kerajaan. Pertempuran itu melibatkan Pandawa yang diutus untuk membela kerajaan Karsa Winangun melawan kerajaan Randa Edan.
Sudah seminggu lebih Arjuna dkk bertempur, habis-habisan hingga tumpah darah. Pertempuran itu dipicu karena Rahwana yang merupakan anak Raja Prabu Raden Gendeng Artha Pamungkas II mencoba mendekati Shinta yang sudah bersuamikan Arjuna.
Sebenarnya sudah hampir 5tahun lebih Rahwana mencoba mendekati Shinta dengan segala cara, tetapi selalu saja gagal lantaran Shinta sudah terlanjur benci dengan sosok Rahwana yang selalu menginjak-injak kaum wanita. Dahulu jauh sebelum Shinta berjumpa dengan Arjuna, Rahwana adalah sahabat Shinta, mereka selalu bersama. Rahwana yang berasal dari keluarga yang sangat kaya tanpa kekurangan suatu materi apapun. Selama bersahabat, banyak orang yang menyarankan pada Shinta untuk sebaiknya menikah saja dengan Rahwana, karena Rahwana sudah tidak kekurangan suatu apapun. Namun Shinta selalu menjawab tidak, karena Shinta adalah sosok yang tidak suka ditindas / diperintah oleh pria. Shinta memiliki sifat yang keras terhadap pria dan Rahwana pun sebaliknya. Bagi Rahwana, siapapun wanita yang menjadi pendampingnya nanti harus patuh padanya, karena ia berpikir ia-lah yang memiliki segalanya.
Hingga pada suatu ketika, telah habis kesabaran Arjuna. Sore itu ketika Rahwana sedang duduk bersantai diberanda istana didatangi oleh Arjuna. Arjuna berkata bahwa dirinya merasa terganggu dengan adanya Rahwana yang selalu menggoda Istrinya dan menantang Rahwana dengan berkata, " Jika kau bisa menghabisiku, barulah berhak kau menyentuh istriku ! " Rahwana yang saat itu merasa terpancing emosinya langsung menerima tantangan itu dan perkelahian pun tidak dapat dihindarkan lagi.
Hingga hari ini, perkelahian telah berlangsung 12 hari tanpa henti.
Tidak ada seorangpun yang dapat menghentikannya. Telah banyak berjatuhan korban jiwa, telah rugi harta dan nyawa para warga disekitar Istana.
Malam ini Arjuna sedang berjaga di Istana bersama Pandawa dan seluruh prajurit istana, jika sewaktu-waktu Rahwana menyerang, dapat langsung memberikan perlawanan. Ketika berada di menara sambil memantau keadaan sekitar, Ki Semar Punokawan menghampiri Arjuna dan berkata, " Heuheuheu.... Oh Arjunaku apa yang sedang kau tunggu? " Arjuna kaget mendengar suara dibelakangnya dan menjawab, " Ahduh Ki Semar... Kedatanganmu memecah konsentrasiku. Aku sedang mengawasi keadaan sekitar, Rahwana sangat licik dan bisa menyerang kapan saja kemudian menghilang lagi. Tadi pagi aku dan seluruh prajurit telah menyerang istananya namun Rahwana tidak ada. Aku berpesan pada Patih disana akan menunggu Rahwana disini malam ini." " heuheuheuheu...... Arjuna... Arjuna... Seorang Ksatria yang Wisesa sepertimu ini tidak pantas menunggu seperti ini. Kau tidak pula seharusnya berperang seperti ini. " kata Ki Semar memulai memberi petunjuk. " lha kenapa Ki? Rahwana itu sudah mencampuri kehidupanku, mengganggu privasiku, bahkan menggoda istriku. Sudah habis toleransi kesabaranku Ki Semar." Jawab Arjuna. "Heuheuheuheuheu...... Arjuna.... Arjuna.... Kuberi kau petunjuk. Kau seharusnya tidak perlu khawatir seperti ini. Jika memang benar Shinta mencintaimu tulus dari dalam hatinya, ia pun bisa mengatasi Rahwana seorang diri tanpa perlu kau mengorbankan sebanyak ini dalam hidupmu. Satu hal yang patut kau resapi anakku. Cinta adalah tentang sebuah kehidupan dan keyakinan. Jika kau mendengar ucapan bahwa Shinta mencintaimu dari lubuk hatinya tulus, maka ia telah yakin untuk hidup bersamamu apapun yang terjadi. Dia adalah wanita yang seharusnya kuat, karena dari tutur katanya yang menyatakan bahwa ia tidak ingin berada dibawah aturan pria. Shinta lah yang seharusnya berperang. Bukan kau anakku. Ia telah melanggar kodratnya sebagai wanita yang seharusnya taat pada perintahmu. Jika kau mengorbankan dirimu hingga tumpah darah seperti ini, itu berarti kau membuat karma baik dalam hidupmu. Namun suatu ketika nanti, istrimu lah yang mendapat bencana dalam hidupnya." Kata Ki Semar perlahan. Mendengar petunjuk dari Ki Semar itu membuat Arjuna kembali berpikir dengan apa yang telah ia lakukan. Kemudian Arjuna bertanya, " Ki Semar, aku mengerti dengan apa yang kau maksud. Namun apakah mungkin seorang wanita mampu menghadapi sosok sekuat Rahwana? Bukankah itu tugasku untuk melindunginya sebagai laki-laki ?" " Ya benar anakku, wanita memanglah halus, lembut, santun, pengertian, pemerhati. Namun juga bukan berarti ia menggantikan posisimu sebagai kepala keluarga. Wanita tetaplah pada posisinya, dan kau pria juga memiliki posisi yang berbeda dalam hidupmu. Itu semua sudah tersurat dalam semua Kitab Suci anakku. Apakah kau mengenali istrimu dengan baik? Apakah kau mampu melihatnya ketika ia tidak sedang bersamamu? Apakah kau telah mendengar keluh kesahnya? Jika sudah kau lakukan itu semua dan kau cerna dengan bijaksana, maka barulah kau sadari apa makna dari perkataanku ini. " jawab Ki Semar kemudian menghilang tanpa meninggalkan kesimpulan dari percakapan itu.
Seketika itu muncul berbagai pertanyaan dalam diri Arjuna. Tentang petunjuk yang ia terima baru saja dari seorang Penasehat Spiritual Ayahnya. Pada saat ia berpikir keras tentang petunjuk itu, tiba- tiba suara dentuman keras berasal dari arah belakang Istana. Arjuna membidik teropong dari menara itu kearah suara, ia melihat segerombolan pasukan berjubah merah menyerbu Istana. Pasukan tersebut tidak lain adalah Prajurit Rahwana. Arjuna pun langsung menuruni menara dan bergegas menuju belakang Istana. Peperangan kembali terjadi.
Dalam peperangan malam itu, Arjuna berhasil memukul mundur pasukan Rahwana, tidak banyak pasukan Istana yang tewas dalam pertempuran itu. Seusainya bertempur, Arjuna dan seluruh pasukannya kembali masuk kedalam istana. Arjuna langsung menuju kamarnya untuk membersihkan diri. Saat itu ia masih memikirkan petunjuk yang diberikan Ki Semar padanya.
Setelah ia membersihkan diri, Arjuna duduk di Singgasana sambil membaca surat yang telah ditaruh oleh dayang-dayang di atas meja. Surat tersebut berasal dari Shinta, Surat tersebut berbunyi, "Kang Mas, bagaimana keadaanmu disana? Apakah kau baik-baik saja? Aku merindukanmu Kang Mas, mengapa pertempuran ini tidak kunjung usai? Sampai kapan kau akan terus berperang? Mengapa kau tidak segera membunuhnya? Agar kita dapat hidup tenang kembali. Aku sudah tidak tahan lagi, aku merindukanmu Kang Mas."
Arjuna menutup surat itu dan kembali berpikir, "Teka-teki apalagi ini? Aku merasakan ada sesuatu yang aneh disini." Kata Arjuna dalam hati. Selagi berpikir tiba-tiba muncullah Bagong dihadapan Arjuna dan berkata, "Weleh Arjuna Wicaksana Kang Bagus lan Wisesa.... Aku bawakan kau seekor burung, burung ini bernama Srikanthi. Ini merupakan burung pembawa keberuntungan dan mapu menjawab semua pertanyaan yang membuat kau gundah gulana." Arjuna menjawab, "Terimakasih Ki Bagong, kau tahu bahwa aku sedang memikirkan petunjuk dari Ki Semar tadi. Tapi, darimana kau mendapatkan burung ini? " " Burung ini adalah hasil dari kutukan Ayahmu kepada salah satu warga disini yang berusaha mencuri harta kerajaan yang disimpan dibawah tanah. Setelah dikutuk, burung ini selalu berada disini dan memberikan petunjuk melalui sorot matanya. Jika kau menanyakan sesuatu, maka mata burung ini akan menghadap ke dinding dan kau dapat melihat jawabannya." Kata Ki Bagong. Setelah selesai menjelaskan, Ki Bagong lalu menghilang meninggalkan burung berwana putih itu beserta sangkarnya.
Arjuna beranjak dari Singgasananya dan mengambil sangkar burung itu lalu meletakkannya dimeja menghadap ke dinding kamar. Arjuna ingin menguji kemampuan Burung Srikanthi ini, ia mulai bertanya pada burung itu, " Hai Srikanthi, apakah yang sedang dilakukan oleh istriku saat ini? Apakah benar ia sedang merindukanku? " "Dewiku Shinta benar sedang merindukanmu Tuanku Arjuna, namun..... " burung itu berhenti menjelaskan dan menatap dinding kamar. Betapa terkejutnya Arjuna ketika melihat dinding kamarnya muncul sosok istrinya mengenakan kain Sutra Putih dilengkapi dengan perhiasan Emas, dilihatnya pula Shinta sedang duduk di sebuah beranda bersama seorang pria, tetapi gambar dari identitas pria itu tidak jelas. Arjuna meminta Srikanthi untuk memperjelas siapa sosok pria tersebut, Srikanthi menurutinya. Kini jelas lah seluruh tubuh pria tersebut dapat dilihat oleh Arjuna, betapa terkejutnya ia ketika ternyata pria yang sedang bersama istrinya adalah Rahwana. Berkecamuk rasa dipikiran Arjuna saat itu. Pantaslah berkali-kali dalam peperangan kemarin ia tidak dapat berhadapan langsung dengan Rahwana. Arjuna berpikir Rahwana adalah seorang pengecut, namun ternyata Rahwana jauh lebih cerdas darinya. Saat itu juga Arjuna bergegas pergi dari kamarnya hendak menuju Istana Pramesrwari tempat Istrinya berada sekarang.
Selama diperjalanan Arjuna meneteskan air matanya, berbagai rasa dalam hatinya bercampur. Sesampainya di Istana Prameswari, Arjuna langsung masuk ke Penataran, awalnya dicegah oleh prajurit Istana, namun Arjuna langsung menerobos menggunakan kereta kencananya. Sesampai didalam ia masih melihat kereta Rahwana disana. Arjuna langsung menuju beranda dan benarlah apa yang ia dapati, sama dengan apa yang diperlihatkan Srikanthi kepadanya dikamar.
Melihat kedatangan Arjuna diberanda saat itu, Shinta berdiri dan terkejut. Begitu juga dengan Rahwana. Shinta berkata, " Kang Mas! Mengapa tidak berkabar padaku bila hendak kemari? Surat yang kukirim padamu juga tidak kau balas." Arjuna meneteskan air matanya dan berkata,
" Inikah bentuk perhatianmu padaku adinda? Semua hal ingin kau atur, ketika kau menjumpai masalah dan tak sanggup menyelesaikannya kau limpahkan padaku. Kaukah yang merencanakan semua ini? Kau benar-benar menghancurkan perasaanku, sekejam ini kau mengkhianatiku. Tidak ingatkah kau apa saja yang telah kulakukan saat kita bersama untuk membahagiakanmu? Pernahkah kau tersadar akan setiap tetesan peluhku? Untuk siapa aku meneteskan peluh itu? Jawab adinda !! " "Bukan Kang Mas, ini.... Aku.. Hanya..." Jawab Shinta tak mampu menjelaskan dan Arjuna memotong perkataan, " Kau Rahwana, aku tidak takut padamu.. Kau tidak lebih dari seorang pengecut! Apa yang dapat kau banggakan dari harta yang kau miliki. Aku bersumpah untuk Bumi dan Langit, kau akan selalu menemukan kehancuran dalam hidupmu dan tak akan memiliki keturunan hingga akhir hidupmu!!! Aku tidak akan menyerangmu, pantang bagiku untuk berperang melawan Raksasa Murahan sepertimu. Dan kau adindaku, kau tetaplah adindaku hingga akhir hidupku, namun ternyata kau benar-benar tidak paham tentang tujuan hidup ini. Kau hanya silau dengan kekayaan orang lain, kau tidak pernah mensyukuri hidupmu, kau termakan oleh jaman ini, sampai kapanpun kau akan terus bekejaran oleh harta. Hingga nanti bencana menimpamu, barulah kau tersadar dan saat itu lah hari terakhirmu. Aku tidak ingin menjadi suamimu lagi adinda, aku ingin mencari seorang wanita yang paham akan makna wanita dan selalu bersyukur atas apa yang ia miliki. Jika kau mencintai Rahwana, cintailah ia dengan tulus, hal seperti ini jangan sampai terulang lagi. Aku akan kembali sendiri dan membuang jauh kenangan beristrikan seorang Shinta yang dikenal sebagai sosok yang anggun nan wisesa." Tanpa menunggu jawaban, seketika itu Arjuna pergi dari hadapan Rahwana dan Shinta untuk kembali pulang ke Astinapura.
Rahwana dan Shinta hanya terdiam, mereka menyesali kejadian ini, tak satupun kalimat yang mampu mengembalikan keadaan menjadi lebih baik. Shinta memejamkan mata menangis dan mengenang sewaktu hidup bersama Arjuna di Astinapura. Sebenarnya saat itu Shinta sempat merasakan kesejukan, sempat mensyukuri apa yang dimiliki dan dilakukan oleh Sang Suami, namun entah mengapa keadaan menjadi berubah. Shinta tidak pernah menyadari jika dirinya telah berubah, ia merasa dirinya selalu benar, dan ia merasa ia-lah yang harus merubah Arjuna untuk menjadi apa yang ia inginkan.
Semua kesempatan itu telah hilang, dan semenjak perpisahan di Prameswari kala itu, kutukan Arjuna benar-benar menimpa kehidupan mereka berdua. Rahwana dan Shinta tidak menikah, mereka justru saling menyalahkan atas kejadian itu.
"Bersyukur adalah sebuah rasa yang harus dilatih, ia tidak selalu bisa bertahan dalam hati, jika tanpa dilatih. Dengan mengatakan cukup atas nikmat apapun yang kita dapatkan, tanpa harus menginginkan lebih, kita telah berhasil untuk bersyukur. Rasa syukur yang kita miliki tidak hanya akan terasa pada diri dan hidup kita. Namun akan berimbas pada seluruh orang yang berada disekeliling kita. Saat itulah kita telah merubah pandangan hidup orang banyak, atas diri kita."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar